Selasa, 21 Mei 2013

A Beautiful Mind

John Nash merupakan seorang yang genius karena kegeniusannya ia masuk ke universitas bergensi, Princeton University. Ia merupakan orang yang suka menyendiri, pemalu, rendah diri, dan introvert. Nash mengatakan bahwa ia tidak terlalu suka berhubungan dengan orang lain dan menurutnya tak ada orang yang menyukainya. Selain itu, ia juga merupakan orang yang arogan dan bangga akan kepandaiannya. Ini ditunjukkannnya dengan cara menolak mengikuti kuliah yang dianggapnya hanya menghabiskan waktu dan membuat otak tumpul. Sebagai gantinya, Nash lebih banyak meluangkan waktu di luar kelas demi mendapatkan ide orisinal untuk meraih gelar doktornya dan diterima di pusat penelitian bergengsi, Wheeler Defense Lab di MIT.

Selain itu, Nash mempunyai teman sekamar bernama Charles Herman, mempunyai keponakan yang bernama cilik Marcee. Menurut Nash, teman sekamarnya itu sangat mengerti dirinya. Nash suka menulis rumus di jendela kamarnya dan perpustakaan yang secara tidak sengaja ia berhasil menemukan konsep baru.
Hidup Nash mulai berubah ketika ia diminta Pentagon memecahkan kode rahasia yang dikirim tentara Sovyet. Di sana, ia bertemu agen rahasia William Parcher. Dari agen rahasia ini, ia diberi pekerjaan sebagai mata-mata. Pekerjaan barunya ini membuat Nash terobsesi sampai ia lupa waktu dan hidup di dunianya sendiri.
Nash mulai jatuh cinta pada seorang gadis bernama Alicia Larde. Setelah Nash menikah, Nash menjadi semakin parah. Ia semakin ketakutan dan terlihat aneh. Akhirnya, Alicia Larde mulai curiga dengan kondisi suaminya tersebut. Larde mulai mencari tahu tentang teman sekamar Nash yang pernah diceritakannya. Ketika Larde mencari tahu , ternyata teman yang diceritakan oleh Nash tidak ada dan ternyata, Nash hanya tingga sendiri di astrama tersebut. Nash semakin hari semakin ketakutan karena ia merasa diikuti oleh agen rahasia. Dari situlah Larde membawa Nash ke sebuah rumah sakit jiwa untuk diobati.

Pernah dengar nggak atau tau nggak cerita di atas? Yap, benar banget, cerita di atas adalah sinopsis alias ringkasan, abstrak, dari film berjudul sama dengan judul postingan kali ini. Film ini pertama kali saya tonton tahun 2009 dan mencetak rekor sebagai film terlama "bertengger" di hardisk laptopku. Biasanya film-film lain berakhir dengan tragis ke tong sampah Recycle Bin dan beberapa detik kemudian langsung hilang entah kemana karena saya tipe yang tidak suka menyimpan "sampah" di Recycle Bin. Bukan karena filmnya nggak bagus, tapi karena saya tipe yang tidak suka menonton film sampai berkali-kali karena kalau diulang udah nggak seru lagi.. Tapi berbeza dengan film yang satu ini karena saya pikir ceritanya sangan inspiratif dan terkadang saya melihat diri saya dalam diri Nash.. (nah lhoo...???)

 Kembali ke pembahasan tentang Schizofrenia, gini-gini tau loh dan pernah berinteraksi dengan penderita penyakit ini. Pasalnya, sewaktu PKPA Apoteker ane "Alhamdulillah" dapat jatah Rumah Sakit Jiwa, malah dapat bangsal yang paling parah : coba bayangin, dalam bangsal berisi kamar ukuran lebih kurang lebih 4x8 m isinya 45 pasien golongan menengah ke bawah, 75% pasien dibawa oleh satpol PP karena tidak jelas keluarga dan asal usulnya alias gelandangan dan mengganggu lingkungan, dan semuanya berjenis kelamin lelaki gagah perkasa.. hehe.

Penderita skizo (bahasa gaulnya..) sebenarnya menyadari keganjilan-keganjilan dirinya, meski tak mampu memahami apa yang sebenarnya terjadi. Digambarkan pula bagaimana orang-orang terdekatlah yang diharapkan mampu menjadi pilar utama kesembuhanya. Karena seorang skizo pada dasarnya sangat membutuhkan pengertian mendalam orang-orang dekatnya, agar mampu meyakini dirinya bahwa dia bisa sembuh. Namun terapi medis juga tetap diperlukan agar kesembuhan mencapai tarafnya kearah yang lebih baik.

Meskipun tak semua penyakit skizofrenia mudah disembuhkan dalam hitungan setahun dua tahun, melainkan bertahun-tahun lamanya, namun lewat film ini kita sebagai manusia normal sepatutnya tak langsung menganggap bahwa penderita skizofrenia adalah penyakit gila turunan atau penyakit yang hanya diderita oleh orang-orang tertentu saja. Karena dengan situasi mental yang rapuh dan stimulan otak alam bawah sadar yang tidak sinkronisasi dalam aliran energinya, penyakit ini bisa menyerang siapapun. So, ane, anda, kita semua berpotensi mengidap skizo. Film produksi tahun 2001 ini dengan sangat jelas menggambarkan semua itu.

Film ini diakhiri dengan adegan John Nash ketika menerima hadiah Nobel di Swedia pada tahun 1994 untuk teori ekulibriumnya yang banyak berjasa pada teori-teori ekonomi. Ia menutup penganugerahan tersebut dengan mengatakan: 

Aku selalu percaya akan angka. Dalam persamaan dan logika, yang membawa pada akal sehat. Tapi setelah seumur hidup mengejar, aku bertanya, apa logika sebenarnya? Siapa yang memutuskan apa yang masuk akal? Pencarianku membawaku ke alam fisik, metafisik, delusional. Telah kudapatkan penemuan penting dalam karirku, hidupku. Hanya dipersamaan misterius cinta, alasan logis bisa ditemukan”.

 Bagi Anda yang belum menonton, silahkan dapatkan film ini di mana saja yang Anda mau. Kalau punya banyak duit, boleh beli kasetnya (tapi nggak tau belinya dimana kalau di Padang), atau boleh juga dengan cara rental kasetnya di Zoom atau Warner Pasar Baru (bukan promosi lho).. atau lo bisa minta ke gue gratis, tis, tis.. syarat dan ketentuan berlaku...apa sich :P


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar